Isnin, 3 Februari 2014

Sebuah Perkongsian Ikhlas...

Siapa Yesus Sebenarnya?
Apakah penemuan-penemuan manuskrip kuno terbaru mengungkapkan Yesus
yang berbeda. Atau..... apakah bukti-bukti itu justru mengungkapkan bahwa
Yesus di dalam Perjanjian Baru adalah Yesus yang sesunguhnya.
Para Ahli Meneliti Fakta-Fakta:
Siapa --- atau itukah Yesus Kristus? Orang Kristen memuliakan Dia sebagai Allah. Tapi
Ketua Ateis Amerika, Ellen Johnson, mengklaim Yesus tidak pernah ada. Yang lain
mengatakan Yesus adalah seorang penipu. Buku Kode Da Vinci menyimpulkan Yesus
adalah orang besar yang ke-Tuhan-annya diciptakan oleh gereja-gereja abad ke 4.
Y-Yesus meneliti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kelompok-kelompok kritis
dan orang percaya: Apakah bukti-bukti paling akhir meniadakan atau memperkuat
gambaran Yesus yang diberikan kepada kita di dalam Perjanjian Baru? Dan apakah ada
bukti-bukti atas klaim Dia bangkit dari kematian?
Baca Bukti-Buktinya :
Artikel di bawah ini dari majalah Y-Yesus.
• Apakah Yesus benar-benar ada?
• Apakah ada Konspirasi Da Vinci?
• Apakah Yesus itu Allah?
• Apakah Injil itu benar?
• Apakah Yesus itu Mesias?
• Apakah Yesus benar-benar bangkit dari kematian?
• Apakah Yesus masih relevan sekarang?
Unduh Atau Pesan Majalah Y-Yesus:
• Artikel individual bisa di unduh gratis dalam bentuk PDF
• Majalah bisa dipesan per-satuan atau dalam jumlah banyak.
KENAPA YESUS ?
Apakah Yesus masih relevan sekarang ini?
Banyak orang berpandangan Kristus menghendaki kita jadi orang religius. Mereka pikir
Yesus datang dan mengambil semua kesenangan hidup, dan memberi kita aturan-aturan,
yang tidak mungkin dijalankan, hidup. Mereka bersedia menyebut Dia pemimpin besar
dari masa lalu, tapi mengatakan Dia tidak relevan dengan kehidupan masa kini.
Josh McDowell adalah mahasiswa yang diajarkan bahwa Yesus cuma salah satu
pemimpin religius yang menetapkan aturan hidup, yang tidak mungkin dijalankan. Dia
pikir Yesus sama sekali tidak relevan dalam hidupnya.
Kemudian, satu hari, pada saat makan siang seorang mahasiswi duduk disebelah Mc
Dowell dengan senyuman lebar. Merasa tertarik, dia bertanya kenapa dia begitu bahagia.
Jawaban langsungnya adalah,, “
Yesus Kristus!

Yesus Kristus?
pikir McDowell, yang balik mengatakan
“Oh, demi Tuhan, jangan beri saya sampah itu. Saya muak dengan agama; saya muak
dengan gereja; saya muak dengan Alkitab. Jangan beri saya sampah tentang agama.”
Tapi tanpa terganggu rekan mahasiswi itu dengan tenang menjelaskannya,
"Tuan, saya tidak katakan agama, saya katakan Yesus Kristus."
McDowell kaget. Dia tidak pernah memandang Yesus lebih dari sekedar tokoh agama,
dan tidak ingin jadi bagian dari kemunafikan religius. Namun perempuan Kristen, yang
gembira ini, berbicara tentang Yesus sebagai seseorang yang membawa arti kehidupan
kepadanya.
Kristus mengklaim akan menjawab semua pertanyaan mendalam mengenai eksistensi
kita. Pada satu saat, kita semua akan mempertanyakan apa arti kehidupan itu. Apakah
anda pernah melihat ke langit, yang gelap gulita, dan merenungkan siapa yang menaruh
bintang-bintang itu di sana? Atau apakah anda pernah melihat matahari terbenam dan
berpikir tentang pertanyaan terbesar dalam hidup:
• "Siapa saya?”
• “Kenapa saya ada di sini?”
• “Kemana saya pergi setelah meninggal?”
Meski para filsuf dan pemimpin agama lain menawarkan jawaban tentang arti kehidupan,
hanya Yesus Kristus membuktikan kredensial-Nya ( apa yang dikatakanNya) dengan
bangkit dari kematian. Skeptis seperti McDowell, yang pada awalnya mengejek
kebangkitan Yesus , telah menemukan bahwa ada bukti, yang banyak, bahwa hal itu
benar-benar terjadi.
Yesus menawarkan hidup dengan arti yang sebenarnya. Dia mengatakan hidup lebih
besar dari mengumpulkan harta, bersenang-senang, sukses, dan berakhir di kuburan.
Kendati begitu, masih banyak orang mencoba menemukan arti kehidupan dalam
ketenaran dan kesuksesan, bahkan juga bintang-bintang terbesar..
Madonna mencoba menjawab pertanyaan, "Kenapa saya di sini?" dengan menjadi
seorang penyanyi terkenal (diva), mengakui, "Bertahun-tahun lalu saya pernah berpikir
bahwa ketenaran, kekayaan, dan penerimaan publik akan memberikan kebahagiaan bagi
saya. Tapi satu hari kamu akan bangun dan menyadari bukan hal seperti itu. Saya masih
merasa kurang. Saya ingin tahu arti kebenaran dan kebahagiaan sejati dan bagaimana
saya menemukannya."[1]
Yang lain sudah menyerah untuk menemukan arti kehidupan itu, Kurt Cobain, vokalis
Nirvana, grup band grunge asal Seattle, putus asa pada usia 27 tahun dan bunuh diri.
Kartunis era Jazz, Ralp Barton, juga menemukan hidup tanpa arti, dan meninggalkan
pesan bunuh dirinya, "Saya punya beberapa kesukaran, banyak teman, sukses hebat; saya
sudah berpindah dari satu isteri ke isteri yang lain, dan dari rumah ke rumah,
mengunjungi negara-negara di dunia, tapi saya muak dengan upaya menemukan alat-alah
untuk mengisi 24 jam sehari"[2]
Pascal, filsuf besar Perancis percaya kekosongan hati yang kita semua alami hanya bisa
diisi oleh Allah. Dia mengatakan, "Allah membentuk ruang vakum di hati setiap orang
yang hanya bisa diisi oleh Yesus Kristus"[3] Jika Pascal benar, maka kita akan berharap
Yesus tidak hanya menjawab pertanyaan tentang identitas kita dan arti kehidupan, tapi
juga memberi kita harapan akan kehidupan setelah kematian.
Apakah ada arti kehidupan, tanpa Allah? Tidak menurut ateis Bertrand Russell, yang
menulis,"Sampai anda berasumsi adanya allh, pertanyaan tujuan hidup itu tidak ada
artinya." Russell sediri menyerah dengan menyatakan akan "membusuk" di kuburnya.
Dalam bukunya,
Why I am not a Christian(Kenapa saya bukan orang Kristen), Russell
membantah semua yang Yesus katakan mengenai arti kehidupan, termasuk janjiNya akan
kehidupan kekal.
Tapi jika Yesus benar-benar mengalahkan kematian seperti klaim para saksi mata, (Lihat
“Apakah Yesus Bangkit dari Kematian?/a0>”) maka Dia sendiri yang bisa mengatakan
kepada kita apa kehidupan itu sebenarnya, dan menjawab, "Kemana saya pergi (setelah
kematian)?" Untuk mengerti bagaiamana firman Yesus, kehidupan dan kematiannya bisa
membangun identitas kita, memberi kita arti kehidupan, dan juga memberi harapan masa
depan, kita perlu memahami apa yand Dia katakan tentang Allah, mengenai diri kita, dan
mengenai diriNya.
Apa yang Yesus katakan tentang Allah?
Allah Itu Relasional.
Banyak orang berpendapat Allah lebih sebagai sebuah kekuatan bukan satu pribadi, yang
bisa kita kenal dan bergaul denganNya. Allah yang disebutkan Yesus bukanlah kekuatan
impersonal di Star Wars, yang kebaikannya bisa diukur dalam voltase. Dia juga bukan
sosok besar menakutkan di angkasa, yang senang membuat hidup kita sengsara.
Sebaliknya, Allah itu relasional seperti kita, tapi lebih dalam lagi. Dia berpikir, Dia
mendengar. Dia berkomunikasi dalam bahasa yang kita pahami. Yesus menjelaskan
kepada kita dan memperlihatkan Allah itu seperti apa. Menurut Yesus, Allah tahu setiap
kita dengan sangat baik dan personal, dan terus memikirkan kita.
Allah Itu Kasih
Dan Yesus mengatakan kepada kita, Allah itu kasih. Yesus mendemonstrasikan kasih
Allah kemanapun Dia pergi, ketika Dia menyembuhkan orang sakit dan menolong yang
disakiti dan miskin.
Kasih Allah sangat berbeda secara radikal dengan (kasih) kita, karena tidak berdasarkan
ketertarikan atau penampilan. Kasih (Allah) itu secara total mengorbankan diri dan tidak
mementingkan diri. Yesus membandingkan kasih Allah dengan kasih bapa/ayah yang
sempurna. Ayah yang baik menghendaki yang terbaik untuk anak-anaknya, berkorban
untuk mereka, dan memberikan (kebutuhan) mereka. Tapi untuk kepentingan terbaik
mereka, dia juga mendisiplinkan mereka.
Yesus mengilustrasikan hati kasih Allah dengan cerita tentang seorang anak, yang
memberontak, dan menolak nasehat ayahnya mengenai kehidupan dan apa yang penting.
Kesombongan dan keinginan-diri, anak itu berhenti bekerja dan "hidup semaunya".
Daripada menunggu sampai ayahnya membagi warisan, dia mulai memaksa ayahnya
untuk memberikan warisan itu kepadanya.

Dalam cerita Yesus, ayahnya memberi permintaan anaknya. Tapi keadaan buruk
menimpa anaknya. Setelah menghabiskan uang untuk bersenang-senang, anak
pemberontak itu terpaksa bekerja di peternakan babi. Ketika dia begitu lapar bahkan
makanan babi kelihatan enak (diceritakan dia memakan makanan babi). Putus asa dan
tidak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, dia membereskan tasnya dan pulang ke
rumah.
Yesus menceritakaan kepada kita bukan saja sang ayah menyambutnya, tapi dia lari
memeluknya. Dan kemudian secara radikal total dalam kasihnya, sang ayah
menyelenggarakan pesta besar untuk merayakan kembalinya si anak.
Ini sangat menarik, kendati ayahnya sangat mengasihi putranya, dia tidak mengejarnya.
Dia membiarkan sang anak, yang dikasihinya, merasakan kesakitan dan penderitaan
karena konsekuensi pilihan pemberontakannya. Dengan cara yang sama, ayat-ayat
Alkitab mengajarkan kasih Allah tidak pernah mengkompromikan tentang apa yang
terbaik untuk kita. Kasih iatu akan membiarkan kita menderita atas pilihan-pilihan salah
kita.
Yesus juga mengajarkan Allah tidak akan pernah mengkompromikan karakterNya.
Karakter adalah siapa kita adanya. Itu adalah esensi kita, dimana berasal pikiran-pikiran
dan tindakan kita berasal. Jadi seperti apa Allah --- esensinya?
Allah Itu Suci
Disepanjang Alkitab (hampir 600 kali), Allah disebut sebagai "suci". Suci artinya
karakter Allah secara moral murni dan sempurna dalam semua jalanNya. Sempurna. Ini
berarti Dia tidak pernah mempunyai pikiran tidak murni atau inkonsisten dengan
kesempurnaan eksistensi moralNya.
Karena itu, kesucian Allah berarti Dia tidak bisa hadir jika ada kejahatan. Karena
kejahatan bertentangan dengan keberadaan Allah, Dia membencinya. Itu seperti polusi
bagiNya.
Tapi jika Allah itu Suci dan menolak kejahatan, kenapa Dia tidak membuat karakter kita
seperti Dia. Kenapa ada yang melecehkan anak-anak, pembunuh, pemerkosa, dan
penyesat. Dan kenapa kita terus berjuang dengan pilihan-pilihan moral kita sendiri? Hal
ini membawa kita lebih lanjut pada pencarian kita akan arti (kehidupan). Apa yang Yesus
katakan mengenai diri kita?
Apa yang Yesus katakan tentang Allah?
Diciptakan Untuk Berhubungan Dengan Allah
Jika anda membaca seluruh Perjanjian Baru, anda akan menemukan bahwa Yesus terusmenerus
berbicara tentang nilai yang tinggi (berharga) diri kita bagi Allah, mengatakan
kepada kita bahwa Allah menciptakan kita untuk jadi anakNya.
Bintang rock band Irlandia, U2, Bono menegaskan dalam sebuah wawancara," Konsep
mengejutkan bahwa Allah pencipta alam semesta mungkin mencari teman, hubungan
sungguh-sungguh dengan manusia….”5 Dengan kata lain, sebelum alam semesta
diciptakan, Allah berencana untuk mengadopsi kita menjadi keluargaNya. Tidak hanya
itu, tapi Dia merencanakan warisan luar biasa bagi kita. Seperti ayah pada inti cerita
Yesus, Allah ingin melimpahkan kita sebuah warisan berkat, yang tidak terbayangkan,
dan hak istimewa. Di mataNya, kita spesial (khusus).
Kebebasan Memilih
Dalam sebuah film, Stepford Wives, lemah, terbaring, orang serakah dan pembunuh ini
telah menciptakan robot-robot penurut dan patuh untuk menggantikan isteri-isteri
mereka, yang bebas, dan mereka nilai sebagai ancaman. Kendati laki-laki diharapkan
mencintai isteri-isteri mereka, mereka menggantikannya dengan mainan untuk
memaksakan kepatuhan.
Allah bisa membuat kita seperti itu ---- manusia robot (iPeople) diprogram untuk
mengasihi dan mematuhi Dia, program puji-pujian dimasukkan kepada kita seperti
"screensaver". Tapi akibatnya kasih karena terpaksa kita tidak ada artinya. Allah ingin
kita mengasihi Dia dengan bebas. Dalam hubungan sebenarnya, kita ingin seseorang
mencintai kita apa adanya, bukan karena paksaan --- kita lebih suka tambatan jiwa
daripada pengantin, yang dipesan sebelumnya. Søren Kierkegaard menyimpulkan dilema
dalam kisah ini.
Andaikan ada seorang raja yang mencintai pelayan sederhananya. Raja itu tidak seperti
raja-raja lain. Semua pejabat negara gemetar dihadapan kuasanya ..... dan tetap saja raja,
yang sangat kuat ini, meleleh karena cinta terhadap pelayan sederhana itu. Bagaimana dia
menyatakan cintanya kepada pelayan itu? Dalam cara yang tidak biasa, dia terikat oleh
"wibawa raja". Jika dia membawaya ke istana dan memahkotai dia dengan permata ... dia
pasti tidak akan menolak --- tidak seorangpun berani menolak dia. Tapi apakakh dia
mencintainya? Tentu saja dia akan mengatakan dia mencintainya, tapi apakah sungguhsungguh?[
6]
Anda lihat masalahnya. Ini masalah yang lebih sederhana: bagaimana anda putus dengan
pacar, yang sudah tahu segalanya? (“Ini tidak berhasil buat kita, tapi saya rasa kamu
sudah tahu.”) Namun untuk memungkinkan saling mencintai, Allah menciptakan
manusia dengan kapasitas unik: kehendak bebas.
Pemberongakan Melawan Hukum Moral Allah
C.S. Lewis menjelaskan meski kit secara internal diprogram dengan keinginan untuk
mengetahui Allah, kita memberontak atas itu sejak saat kita lahir.[7] Lewis juga memulai
penelitiannya dengan motifnya sendiri, dimana dia menemukan bahwa dia secara instink
tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Lewis heran darimana rasa salah dan benar ini datangnya. Kita semua mengalami rasa
salah dan benar ketika kita membaca Hitler membunuh enam juta orang Yahudi, atau
seorang pahlawan mengorban nyawanya untuk orang lain. Kita, secara insting, tahu
bahwa salah untuk berbohong dan curang. Rasa pengakuan inilah, kita di dalam hati telah
diprogram dengan hukum moral, yang membuat seorang mantan ateis mencapai
kesimpulan pasti ada "pemberi hukum" moral.
Sebenarnya, menurut Yesus dan Alkitab, Allah telah memberi kita hukum moral untuk
dipatuhi.. Dan bukan hanya menolak berhubungan dengan Allah, kita juga telah
melanggar hukum-hukum moral yang telah ditetapkan Allah. Sebagian besar dari kita
mengetahui Sepuluh Perintah Allah:

“Jangan berbohong, mencuri, membunuh, berzinah, dan seterusnya." Yesus
menyimpulkannya dengan mengatakan kita harus mengasihi Allah dengan seluruh
jiwa kita dan sesama manusia seperti diri kita sendiri. Dosa, karena itu, tidak
hanya melakukan kesalahan ketika kita melanggar hukum, tapi juga kegagalan
kita melakukan apa yang benar.
Allah membuat alam semesta dengan hukum-hukum yang mengatur segalanya. Hukumhukum
ini tidak bisa dihindarkan dan tidak berubah. Ketika Einstein menemukan formula
E=MC2 dia membuka misteri energi nuklir. Campur bahan-bahan yang tepat dengan
kondisi tertentu dan tenaga sangat besar dilepaskan. Alkitab mengatakan kepada kita
hukum moral Allah tidak berubah karena keluar dari esensi karakterNya.
Sejak laki-laki dan perempuan pertama, kita telah melanggar hukum-hukum Allah,
kendati hukum ada demi kebaikan kita. Dan kita telah gagal melakukan apa yang benar.
Kita mendapat warisan kondisi ini dari manusia pertama, Adam. Alkitab menyebut ini
sebagai ketidak-patuhan, dosa, yang berarti "tidak kena sasaran", seperti seorang
pemanah yang gagal mengenai sasarannya. Jadi dosa kita telah mematahkan hubungan,
yang sudah dikehendaki, Allah dengan kita. Memakai ilustrasi pemanah, sebagai contoh,
kita telah gagal mengenai sasaran yang sebenarnya merupakan tujuan penciptaan kita.
Dosa menyebabkan pemutusan semua hubungan: manusia dengan lingkungannya
(keterasingan), indvidu-individu saling terpecah (rasa salah dan malu), masyrakat
terputus hubungan dari masyarakt lain (perang, pembunuhan), dan manusia terputus dari
Allah (kematian spiritual) Seperti mata rantai, sekali satu mata rantai putus antara Allah
dengan manusia, seluruh hubungan jadi tidak menyambung lagi.
Dan kita sudah putus. Seperti disimpulkan Kayne West, "Dan saya tidak berpikir bahwa
saya tidak bisa melakukan apapun untuk membenarkan kesalahan saya..... saya ingin
berbicara dengan Allah tapi saya takut karena kita sudah lama tidak saling berbicara."
Diambil dari lirik lagu West yang berbicara mengenai perpisahan yang dibawa oleh dosa
dalam kehidupan kita. Dan menurut Alkitab, perpisahan ini lebih dari sekedar lirik di
sebuah lagi rap. Itu punya konsekuensi mematikan.
Dosa Kita Telah Memisahkan Kita Dari Kasih Allah
Pemberontakan kita (dosa) telah menciptakan tembok pemisah antara kita dengan Allah
(lihat Yesaya 59:2). Dalam ayat Alkitab, "perpisahan" berarti kematian spiritual. Dan
kematian spiritual berarti terpisah sepenuhnya dari cahaya dan kehidupan Allah.
"Tapi tunggu dulu," mungkin ini yang anda katakan. “Bukankah Allah tahu semua
sebelum Dia menciptakan kita?
Kenapa Dia tidak melihat bahwa rencanaNya sudah gagal total?" Tentu saja, Allah maha
tahu akan menyadari bahwa kita akan memberontak dan berdosa. Kenyatannya,
kegagalan kita membuat rencanaNya jadi sangat mengejutkan. Hal ini membawa kita
pada alasan Allah datang ke Bumi dalam bentuk manusia. Dan bahkan lebih
menakjubkan ---- alasan yang harus dicatat karena kematiannya.
Apa yang Yesus katakan tentang Allah?
Solusi Sempurna Allah.

Selama tiga tahun kehidupan pelayananNya, Yesus mengajarkan kita bagaimana untuk
hidup dan melakukan banyak mujizat, bahkan membangkitkan orang yang sudah
meninggal. Tapi Dia menyatakan misi utamanya adalah menyelamatkan kita dari dosa
kita.
Yesus memproklamirkan Dia adalah Mesias, yang sudah dijanjikan dan akan mengangkat
beban kesalahan kita. Nabi Yesaya telah menulis mengenai Mesias 700 tahun
sebelumnya, memberi kita beberapa tanda atas identitasnya. Namun tanda yang paling
sukar dipahami adalah Mesias adalah manusia sekaligus Allah!
" Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, .... dan namanya disebut orang:
Penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai." (Yesaya )
9:5)
Penulis Ray Stedman menuliskan janji Allah atas Mesias,"Sejak permulaan Perjanjian
Lama, ada rasa akan harapan dan eskpektasi, seperti suara langkah kaki yang mendekat:
seseorang datang!.... Harapan itu meningkat sepanjang catatan nabi ke nabi yang
memproklamirkan tanda-tanda menjanjikan: ada yang datang!"[8]
Para nabi telah menyatakan Mesias akan jadi korban dosa sempurna bagi Allah,
memuaskan keadilanNya. Manusia sempurna ini akan memenuhi kualifikasi untuk mati
bagi kita. (Yesaya 53:6)
Menurut para penulis Perjanjian Baru, satu-satunya alasan Yesus pantas mati untuk kita
adalah karena, sebagai Allah, Dia menjalani hidup sempurna secara moral dan tidak
berdosa.
Sukar untuk mengerti bagaimana kematian Yesus itu menebus dosa-dosa kita. Mungkin
analogi yudisial akan memperjelas bagaimana Yesus menyelesaikan dilema dari Allah,
yang sempurna kasihNya dan keadilanNya.
Bayangkan memasuki ruang sidang, bersalah karena pembunuhan (anda punya isu serius
disini) Ketika anda mendekati meja, anda menyadari bahwa hakim itu ayah anda. Karena
tahu dia mengasihi anda, anda langsung mulai memohon,"Pak, bebaskan saya!"
Dia menjawab,"Aku mengasihi mu, nak, tapi saya hakim. Saya tidak bisa
membebaskanmu begitu saja."
Dia terbelah. Akhirnya, dia mengetuk palu dan menyatakan anda bersalah. Keadilan tidak
bisa dikompromikan, paling tidak oleh seorang hakim. Tapi karena dia mengasihi anda,
dia turun dari kursi, membuka jubahnya, dan menawarkan diri untuk membayar denda
untuk anda. Pada kenyataannya, dia menggantikan anda di kursi listrik.
Inilah gambar yang dilukis di Perjanjian Baru. Allah turun memasuki sejarah manusia,
dalam bentuk manusia Yesus Kristus, dan duduk di kursi listrik (baca: salib)
menggantikan kita, untuk kita. Yesus bukanlah pihak ketiga kambing hitam, mengambil
dosa kita, tapi Dia adalah Allah sendiri. Lebih jelas lagi, Allah punya dua pilihan:
menghakimi dosa kita atau mengambil alih hukuman itu kepada diriNya sendiri. Dalam
Kristus, Dia memilih yang terakhir.
Meski Bon, dari U2, tidak berkehandak jadi teolog, dia secara akurat mengatakan alasan
kematian Yesus,

"Maksud kematian Kristus adalah Kristus mengambil dosa-dosa dunia, sehingga
apa yang kita lakukan tidak kembali lagi kepada kita, dan sifat dosa kita tidak
menghasilkan kematian pasti. Inilah alasan utamanya. Hal ini seharusnya
membuat kita rendah hati. Bukan pekerjaan baik yang membuat kita bisa
melewati gerbang Surga"[9]
Dan Yesus menegaskan hanya Dia, satu-satunya, yang bisa membawa kita kepada Allah,
dikatakan, "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak seorangpun bisa datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes14:6)
Tapi banyak yang berargumentasi klaim Yesus bahwa Dia adalah satu-satunya jalan
kepada Allah itu terlalu sempit, disebutkan ada banyak jalan menuju Allah. Mereka, yang
percaya bahwa semua agama sama, menolak bahwa kita punya masalah dosa. Mereka
tidak menerima perkataan Yesus dengan serius. Mereka mengatakan kasih Allah akan
menerima kita semua, apapun yang sudah kita buat.
Mungkin Hitler pantas diadili, menurut pandangan mereka, tapi bukan mereka atau yang
lain yang "hidup layak". Ini sama saja mengatakan Allah memberikan nilai, dan semua
yang dapat D- atau lebih baik akan masuk (surga). Tapi ini menelurkan dilema.
Seperti sudah kita lihat, dosa bertentangan dengan karakter suci Allah. Jadi kita telah
menghina (menyinggung) Pencipta kita, dan mengasihi kita sampai mengorbankan
AnakNya bagi kita. Pemberontakan kita sama seperti meludahi mukaNya. Tidak ada
kebaikan, agama, meditasi, atau Karma bisa membayar hutang dosa kita, yang telah
terjadi.
Menurut teolog R. C. Sproul, hanya Yesus sendiri satu-satunya yang mampu membayar
hutang itu. Dia menulis,
"Musa jadi perantara hukum; Muhammad bisa mengangkat pedang; Buddha bisa
memberikan konsultasi personal; Konfusius menawarkan kalimat-kalimat
kebajikan; tapi tidak satupun orang ini punya kualifikasi untuk jadi penebus dosa
dunia. . Hanya Kristus satu-satunya yang pantas mendapat pujian tidak terbatas
dan pelayanan."[10]
Pemberian Yang Tidak Semestinya
Istilah Alkitab untuk menggambarkan pengampunan gratis Allah melalui pengorbanan
kematian Yesus adalah anugerah. Dimaafkan menyelamatkan kita dari apa yang
seharusnya kita terima, anugerah dari Allah memberi kita apa yang seharusnya tidak
pantas kita terima. Mari kita tinjau sebentar bagaimana apa yang Kristus lakukan
terhadap kita yang tidak bisa kita sendiri lakukan:
• Allah mengasihi kita dan menciptakan kita untuk berhubungan denganNya.[11]
• Kita diberi kebebasan untuk menerima atau menolak hubungan itu.[12]
• Dosa dan pemberontakan kita terhadap Allah dan hukumNya telah menciptakan
tembok pemisah antara kita dengan Dia.[13]
• Meski kita pantas dihukum selama-lamanya, Allah telah membayar lunas hutang
kita dengan kematian Yesus menggantikan kita, memungkinkan kita hidup
selama-lamanya bersama Dia.[14]
Bono memberi kita perperktifnya atas anugerah.

"Anugerah melampaui akal dan logika. Kasih mengiterupsi, jika anda suka istilah
ini, konsekuensi tindakan anda, dimana dalam kasus saya benar-benar berita baik,
karena saya melakukan banyak hal-hal bodoh... Saya akan mendapat masalah
besar jika Karma pada akhirnya jadi hakim saya.... itu tidak memaafkan
kesalahan-kesalahan saya, tapi saya berpegang pada Anugerah. Saya memegang
(janji) bahwa Yesus menanggung dosa saya di Kayu Salib, karena saya tahu siapa
saya, dan saya berharap saya tidak harus bergantung pada ke-religius-an saya
sendiri."[15]
Sekarang, kita punya gambaran rencana Allah selama ini. Tapi masih ada satu hal yang
belum lengkap. Menurut Yesus dan para penulis Perjanjian Baru, setiap dari kita, secara
individu, harus menjawab pemberian cuma-cuma yang ditawarkan Yesus kepada kita.
Dia tidak akan memaksa kita menerimanya.
Anda Sendiri Memilih Akhirnya
Kita terus membuat pilihan-pilihan ...... apa yang akan dipakai, apa yang akan dimakan,
karir, pasangan perkawinan, dan seterusnya. Hl yang sama juga terjadi pada hubungan
dengan Allah. Penulis Ravi Zacharias menulis,
"Pesan Yesus mengungkap bahwa setiap orang.... dyang atang untuk mencari
Allah bukan karena kebajikan kelahiran, tetapi oleh kesadaran pilihan untuk
mempersilakan Dia masuk dan hukum-hukumNya mengatur hidupnya."[16]
Pilihan-pilihan kita sering dipengaruhi orang lain. Namun dalam beberpa hal, kita diberi
nasehat yang salah. Pada 11 September 2001, 600 orang tak bersalah pecaya pada nasehat
yang salah, dan menderita konsekuensinya. Kisah nyatanya seperti ini,
Seseorang, yang sedang ada di lantai 92 di tower selatan World Trade Center, baru saja
mendengar sebuah jet menambarak tower utara. Kaget karena ledakan, dia menelepon
polisi dan meminta instruksi apa yang harus diperbuat. "Kita perlu tahu apakah kita harus
keluar dari sini, karena kita tahu ada ledakan," tanyanya di saluran darurat.
Suara di ujung lainnya menasehati dia untuk tidak keluar gedung. "Saya akan menunggu
sampai ada pemberitahuan berikutnya”
“Baiklah, " sang penelepon menjawab. "Jangan keluar gedung." Kemudian dia menutup
telepon itu.
Beberapa saat setelah pukul 09.00, sebuah jet lain menabrak lantai 80 di tower selatan.
Hampir 600 orang dilantai atas tower selatan meninggal. Kegagalan evakuasi dari gedung
merupakan salah satu tragedi terbesar hari itu.[17]
Ke 600 orang tewas karena mereka menggantungkan diri pada informasi yang salah,
kendati diberikan oleh orang yang mencoba menolong. Tragedi tidak akan terjadi jika ke
600 korban diberi informasi yang benar.
Kesadaran pilihan kita terhadap Yesus sangatlah jauh lebih penting daripada menghadapi
korban-korban 9/11, yang salah informasi. Taruhannya Keabadian. Kita bisa memiih satu
dari tiga respon berbeda. Kita bisa tidak memperdulikan Dia. Kita bisa menolak Dia.
Atau, kita bisa menerima Dia.
Alasan kenapa banyak orang hidup dengan tidak mempedulikan Allah adalah mereka
juga terlalu sibuk mendesakkan agendanya sendiri. Chuck Colson seperti itu. Pada usia
39 tahun, Colson menempati kantor disebelah kantor presiden Amerika Serikat. Dia
adalah "orang tangguh" Gedung Putih era Nixon, "pembunuh bayaran" yang akan
mengambil keputusan-keputusan sulit. Pada tahun 1972, skandal Watergate
menghancurkan reputasinya dan dunianya terpecah-belah. Belakangan dia menulis,
“Saya hanya memikirkan diri sendiri. Saya melakukan ini dan itu, saya mencapai
tujuan, saya sukses dan saya tidak memberi Allah kehormatan (atas semua
keberhasilan itu), tidak pernah berterima kasih kepadaNya atas pemberian Dia
kepada saya. Saya tidak pernah berpikir ada pribadi "tak terhitung
superioritasnya" dibandingkan saya, atau jika penah berpikir tentang ke-maha
kuasa-an Allah, saya tidak menghubungkannya dengan kehidupan saya."[18]
Banyak orang sama dengan Colson. Cukup udah untuk terperangkap dalam kecepatan
kehidupan dan hanya punya sedikit atau tidak ada waktu untuk Allah. Kendati begitu,
tidak mempedulikan tawaran anugerah Allah akan pengampunan punya konsekuensi
mengerikan. Hutang dosa kita tetap tidak terbayar.
Dalam kasus-kasus kriminal, hanya sedikit sekali yang memperoleh pengampunan penuh
(pembebasan). George Burdick, 1915, editor kota New York Tribune, menolak
memberitahukan sumber beritanya dan melanggar hukum. President Woodrow Wilson
mengumumkan pengampunan penuh terhadap Burdick atas semua kesalahan "diperbuat
atau mungkin diperbuatnya". Apa yang membuat kasus Burdick bersejarah adalah dia
menolak pengampunan itu. Keputusannya membuat kasus masuk Makamah Agung, yang
akhirnya mendukung Burdick, menyatakan pengampunan presiden tidak bisa dipaksakan
kepada siapapun.
Ketika menolak pengampunan penuh Kristus, orang-orang memberi berbagai alasan.
Banyak yang mengatakan kurang bukti, tapi seperti Bertrand Russell dan skeptis lain,
mereka tidak cukp tertarik untuk sungguh-sungguh melakukan investigasi. Yang lain
menolak melihat lebih jauh dari beberapa orang Kristen munafik yang mereka kenal,
menunjuknya sebagai perilaku tidak punya belas kasihan atau inkonsisten sebagai alasan.
Dan yang lain masih tetap menolak Kristus karena mereka menyalahkan Allah atas
pengalaman sedih atau tragis yang mereka derita.
Namun, Zacharias, yang berdebat dengan banyak intelektual di ratusan kampus
universitas, percaya alasan utama kebanyakan orang menolak Allah adalah moral. Dia
menulis,
"Seseorang menolak Allah bukan karena tuntutan intelektual juga buka karena
kelangkaan bukti. Seseorang menolak Allah karena perlawanan motal menolak
mengakui kebutuhannya akan Allah.[19]
Keinginan kebebasan moral telah menjauhkan CS Lewis dari Allah disebagian besar
masa mahasiswanya. Setelah pencarian kan kebenaran membawanya kepada Allah,
Lewis menjelaskan bagaimana menerima Kristus melibatkan lebih dari persetujuan
intelektual atas fakta-fakta. Dia menulis,
"Orang yang jatuh bukanlah hanya karena mahluk tidak sempurna yang
membutuhkan perbaikan: dia pemberontak yang harus menyerahkan senjatanya.
Menerahkan senjata, menyerah, mengatakan anda minta ampun, menyadari
bahwa anda berada pada jalan yang salah dan siap memulai hidup baru lagi....
itulah yang disebut orang Kristen sebagai lahir baru."[20]

Lahir baru adalah kata yang berarti cara berpikir yang secara dramatis berbalik arah..
Itulah yang terjadi terhadap mantan "pembunuh bayaran" Nixon. Setelah Watergate
terbuka, Colson mulai memikirkan tentang hidup secara berbeda. Merasa dia tidak punya
tujuan (tak tahu apa yang harus dilakukan), dia mulai membaca buku KeKristenan Biasa
(Mere Christianity), ditulis oleh Lewis, yang diberikan seorang teman kepadanya. Dilatih
sebagai pengacara, Colson mengambil buku tulis dan menuliskan semua argumenargumen
Lewis. Colson mengingat,
"Saya tahu waktunya sudah tiba bagi saya. . Apakah saya akan menerima Yesus
Kristus tanpa syarat sebagai Tuhan aas hidup saya. Itu seperti sebuah gerbang
untuk saya. Tidak ada jalan untuk melangkah memutarinya. Saya masuk atau saya
tetap diluar. Satu 'mungkin' atau 'saya butuh tambahan waktu' sama dengan
memperolok diri sendiri."
Setelah pergulatan di dalam hati, mantan pembantu presiden Amerika Serikat ini
akhirnya menyadari Yesus Kristus pantas memperoleh kesetiaan total darinya. Dia
menulis,
"Kemudian, pada Jumat pagi, ketika saya duduk sendirian melihat ke laut yang
saya cintai, kalimat yang saya tidak pasti bisa saya pahami atau katakan meluncur
begitu saja dari bibir saya, "Tuhan Yesus, saya percaya Engkau". Saya terima
Engkau. Mohon masuklah dalam hidup saya. Saya berkomitmen kepadaMu."[21]
Colson menemukan bahwa pertanyaannya, "Siapa saya?" "Kenapa saya ada di sini?" dan
"Kemana saya pergi?" semua terjawab dalam hubungan personal dengan Yesus Kristus.
Rasul Paulus menulis, "Aku katakan "di dalam Kristus" , karena diadalam Dialah kami
mendapat bagian yang dijanjikan (Efesus 1:11 )
Ketika kita memasuki hubungan personal dengan Yesus Kristus, Dia mengisi kekosongan
dalam hati kita, memberi kita kedamaian, dan memuaskan keinginan kita akan arti
kehidupan dan harapan. Dan kita tidak lagi membutuhkan stimultan sementara untuk
mengisi kita. Ketika Dia masuk kedalam kita, Dia juga memuaskan keinginan paling
dalam dan kebutuhan akan kasih dan kedamaian sejati.
Dan hal paling menakjubkan adalah Allah sendiri datang sebagai manusia untuk
membayar seluruh hutang kita. Karena itu, kita tidak lagi ditindas hukuman dosa. Paulus
menulisnya dengan jelas kepada jemaat Roma, ketika ditulisnya,
"Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam
hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang
diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya."
(Kolose 1:21b-22a ).
Jadi Allah melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan sendiri. Kita dibebaskan dari
dosa oleh pengorbanan Yesus sampai mati. Ini seperti pembunuh massal datang kepada
hakim dan diberikan pengampunan penuh dan menyeluruh. Dia tidak pantas menerima
pengampunan itu, dan juga kita. Pemberian kehidupan abadi Allah sepenuhnya gratis ----
dan dibagi-bagikan (kepada siapa yang mau). Tapi meski pengampunan ditawarkan
kepada kita, tetap tergantung kepada kita untuk menerimanya (atau tidak). Pilihan ada
pada anda.

Apakah anda ada pada titik dalam hidup dimana anda akan menerima tawaran gratis
Allah?
Mungkin seperti Madonna, Bono, Lewis, dan Colson, hidup anda juga kosong. Tidak
satupun yang telah anda coba bisa memuaskan kekosongan (jiwa) yang anda rasakan.
Allah bisa mengisi kekosongan itu dan mengubah anda dalam sekejab. Dia telah
menciptakan anda agar anda mempunyai hidup yang membanjir dengan arti dan tujuan.
Yesus mengatakan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya
dalam segala kelimpahan. (Yohanes 10:10b)
Atau mungkin semua berjalan baik-baik dalam hidup anda, tetapi anda tidak bisa istirahat
dan tidak ada kedamaian. Anda menyadari anda telah melanggar hukum-hukum Allah
dan terpisah dari kasihNya dan pengampunanNya. Anda takut akan penghakiman Allah.
Yesus mengatakan, "Saya pergi dengan memberi kamu berkat --- kedamaian pikiran dan
hati. Dan kedamaian yang saya beri tidak sama dengan yang diberikan dunia.”
Jadi kapanpun anda lelah akan kekosongan hidup atau terusik oleh ketiadaan perdamaian
dengan Pencipta anda, jawabannya ada dalam Yesus Kristus.
Ketika anda percaya dalam Yesus Kristus, Allah akan mengampuni semua dosa-dosa
anda --- di masa lalu, sekarang, dan masa depan dan menjadikan anda anak-anakNya.
Dan sebagai anak yang dikasihiNya, Dia memberi anda tujuan dan arti kehidupan di
Bumi dan menjanjikan kehidupan abadi bersamaNya.
Firman Tuhan, "Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya (Yohanes 1:12)
Pengampunan dosa, tujuan hidup, dan kehidupan abadi semuanya untuk anda jika anda
memintanya. Anda bisa mengundang Kristus memasuki hidup anda sekarang ini dengan
iman melalui doa. Berdoa adalah berbiacara dengan Allah. Allah tahu hati anda dan tidak
terlalu memperhatikan kata-kata anda karena Dia melihat sikap hati anda. Dubawah ini
ada saran doa:
“Ya Allah, saya ingin mengenal Mu secara pribadi dan hidup abadi bersamaMu.
Terima kasih, Tuhan Yesus, karena mati di kayu salib bagi dosa-dosa saya. Saya
buka pintu kehidupan saya dan menerima Engkau sebagai Penyelamat dan Tuhan.
Ambil hidup saya dan ubah saya, jadikan saya orang yang Engkau kehendaki."
Apakah doa ini mengekspresikan keinginan hati anda? Jika ya, berdoalah seperti saran di
atas dalam bahasa anda sendiri.
Jika anda sudah meminta Yesus Kristus masuk dalam hidup anda, kami mendorong anda
untuk mulai membaca Firman (Alkitab) dan bergabung dengan yang lain yang juga ingin
hidup untuk Dia.
Sangat penting bagi anda untuk belajar rahasia-rahasia kehidupan indah yang Allah
rencanakan bagi anda. Di bawah ada Studi Alkitab yang akan membantu anda
menghubungkan potongan-potongan rencana indahNya bagi anda dan bagi pertumbuhan
iman anda.
Klik disini untuk melihat panduan studi yang bisa anda unduh dengan gratis.

Jika anda masih ada pertanyaan mengenai apa yang perlu untuk mengenal Yesus Kristus
dan memiliki kehidupan abadi, klik disini untuk melihat presentasi video .
Klik disini untuk memberitahu kami bagaimana artikel ini telah membantu anda.
Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian?
Pertanyaan terbesar masa kini adalah, "Siapa sebenarnya Yesus Kristus? Apakah dia
hanya seorang luar biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti dipercayai oleh para
muridNya Paulus, Johannes, dan yang lainnya.
Para saksi mata, bagi Yesus Kristus, berbicara dan bertindak sepertinya mereka percaya
Dia bangkit secara fisik dari kematian setelah penyalibannya. Jika mereka salah maka
KeKristenan didirikan diatas kebohongan. Tapi jika mereka benar, mujizat seperti itu
secara memperkuat semua yang Yesus katakan mengenai ALLAH, diriNya, dan kita.
Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan iman saja, tapi apakah
ada bukti historis yang kuat? Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis untuk
membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah. Apa yang mereka temukan?
Klik disini untuk melihat bukti dari klaim fantastis yang pernah dilakukan --- kebangkitan
Yesus Kristus!
 
1. O: The Oprah Magazine, "Oprah talks to Madonna," (January, 2004), 120.
2. Quoted in Josh McDowell, The Resurrection Factor (San Bernardino, CA: Here's Life
Publ., 1981), 1.
3. Quoted in William R. Bright, Jesus and the Intellectual (San Bernardino, CA: Here's
Life Publ., 1968), 33.
4. Quoted in Rick Warren, The Purpose Driven Life (Grand Rapids, MI: Zondervan,
2002), 17.
5. Quoted in Michka Assayas, Bono in Conversation (New York: Riverhead Books,
2005), 203.
6. Soren Kierkegarrd, Philosophical Fragments, trans. Howard V. Hong and Edna H.
Hong (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1985), 26-28.
7. C. S. Lewis, Mere Christianity (San Francisco: Harper, 2001), 160.
8. Ray C. Stedman, God's Loving Word (Grand Rapids, MI: Discovery House, 1993), 50.
9. Quoted in Assayas, 204.
10. R. C. Sproul, Reason to Believe (Grand Rapids, MI: Lamplighter, 1982), 44.
11. New Testament, John 3:16
12. Ibid., John 1:12
13. Old Testament, Isaiah 59:2
14
14. New Testament, Romans 5:8
15. Assayas, Ibid.
16. Ravi Zacharias, Jesus among Other Gods (Nashville: Word, 2000), 158.
17. Martha T. Moore and Dennis Cauchon, "Delay Meant Death on 9/11," USA Today,
Sept. 3, 2002, 1A.
18. Charles W. Colson, Born Again (Old Tappan, NJ: Chosen, 1976), 114.
19. Ravi Zacharias, A Shattered Visage: The Real Face of Atheism (Grand Rapids, MI:
Baker, 2004), 155.
20. Lewis, 56.
21. Colson, 129

Tiada ulasan:

Catat Ulasan